Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keluarga. Tampilkan semua postingan

11/13/25

Sentuhan Dingin di Siang Hari

Hujan, yang awalnya hanya berupa rintik-rintik kecil yang malu-malu, kini mulai merajai suasana. Beberapa hari ini, dia memang setia turun, mengikis kehangatan dengan perlahan namun pasti. Di tengah dingin yang menusuk, saya mendekap si kecil yang terlelap pulas. Kehangatan tubuhnya menjadi satu-satunya perlindungan dari suhu yang mulai merosot tajam.

Dengan hati-hati, seolah-olah mengkhianati momen damai ini, saya mulai sedikit demi sedikit membuka tangan saya, berusaha melepaskan diri dari pelukannya tanpa membangunkan.

Di luar jendela, irama alam makin membesar. Suara tetesan air hujan yang tadi sunyi kini berubah menjadi dentuman-dentuman kecil di atap dan halaman. Irama ini diiringi oleh suara angin yang menderu— wus wus — sebuah orkestra alam yang membuat dahan dan pepohonan di luar bergoyang hebat, seolah menari dalam badai.

Makin lama, percikan air hujan yang terbawa angin mulai menyentuh kaca, bahkan mungkin menembus celah kecil, membuat suasana makin terasa dingin dan lembap. Seluruh indra kini meresap sensasi sejuk yang merayap, menjebak kami dalam kehangatan sesaat di tengah pusaran cuaca yang dingin

11/11/25

Doa pendek untuk melembutkan hati anak

Hari ini saya antar anak terapi, sesampai dipoli trapi saya duduk sambil menunggu, iseng-iseng buka ChatGPT cari do'a anak biar enggak rewel, kecerdasan buatan sekarang bisa menggantikan mesin pencarian untuk mencari artikel dengan cepat
Berikut doa agar anak dilembutkan hatinya dan tidak keras wataknya, disertai makna dan adab membacanya:

1. Doa dari Al-Qur’an

رَبِّ أَصْلِحْ لِي ذُرِّيَّتِي

“Rabbi aṣliḥ lī dzurriyyatī.”
(Ya Tuhanku, perbaikilah untukku keturunan(-ku).)
— QS. Al-Ahqaf: 15

Makna:
Memohon agar Allah memperbaiki hati, akhlak, dan watak anak-anak kita — menjauhkan dari sifat keras, membangkang, dan kasar.

2. Doa Nabi Ibrahim untuk keturunan

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Rabbi-j‘alnī muqīmaṣ-ṣalāti wa min dzurriyyatī, rabbanā wa taqabbal du‘ā’.”
(Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan keturunanku orang yang tetap mendirikan salat; ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.)
— QS. Ibrahim: 40

Makna:
Doa ini melembutkan hati karena shalat adalah sumber ketenangan dan kelembutan jiwa.

3. Doa lembut hati dari Rasulullah ﷺ

اللهم اهدِ قَلْبَه، وسَدِّدْ لِسانَه، واسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِه

“Allāhumma ihdi qalbah, wa saddid lisānah, waslul sakhīmata qalbih.”
(Ya Allah, tunjukilah hatinya, luruskan lisannya, dan keluarkan kekerasan dari hatinya.)
— (HR. Tirmidzi)

Makna:
Meminta agar Allah menghilangkan sifat keras, kasar, dan menggantinya dengan kelembutan serta tutur yang santun.

4. Doa pendek untuk dibaca setiap hari

اللهم ألِّن قلبه كما ألَنت الحديد لداود

“Allāhumma allin qalbah kamā allanta al-ḥadīda li Dāwūd.”
(Ya Allah, lembutkanlah hatinya sebagaimana Engkau telah melembutkan besi bagi Nabi Dawud.)

Bisa dibaca:

  • Setelah shalat fardhu
  • Saat melihat anak sedang marah,
  • keras kepala,
  • atau sulit diarahkan
  • Sambil usap kepalanya dengan kasih.

Adab membacanya

  • Dalam keadaan tenang dan lembut — jangan dibacakan dengan marah.
  • Sertai doa dengan sentuhan kasih, misalnya mengusap kepala atau memeluk anak.
  • Orang tua juga beristighfar, karena kelembutan anak sering berawal dari ketenangan orang tuanya.

Inilah catatan untuk dibuka lagi kalau disaat lupa, semoga bermanfaat bagi pembaca

11/08/25

3 Nasihat Suami untuk Istri: Lindungi Hatinya, Hargai Perasaannya, dan Penuhi Kebutuhannya

Pernikahan adalah amanah dan ladang ibadah. Suami bukan hanya pemimpin, tapi pelindung dan penuntun bagi istri menuju ridha Allah. Di balik kelembutan seorang istri, ada hati yang butuh dipahami, dijaga, dan disyukuri. Inilah tiga nasihat penting untuk para suami agar rumah tangga tetap penuh cinta dan keberkahan:

3 Hal yang Harus Dipahami Suami untuk Menjaga Hati Istri

1. Lindungi Hatinya

Istri tidak hanya butuh rumah yang kokoh, tapi juga hati yang tenang. Suami yang menjaga tutur kata, menahan emosi, dan menenangkan istri saat marah adalah suami yang benar-benar melindungi. Jangan biarkan istri menangis karena kata-kata yang seharusnya bisa dijaga.

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
(HR. Tirmidzi)

2. Hargai Perasaannya

Istri bukan sekadar teman hidup, tapi juga penenang jiwa. Dengarkan ia dengan sabar, jangan meremehkan keluhannya. Terkadang ia tidak butuh solusi, hanya ingin didengarkan. Saat suami mampu menghargai perasaan istri, maka cinta tumbuh tanpa perlu banyak kata.

“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut.”
(QS. An-Nisa: 19)

3. Penuhi Kebutuhannya

Bukan hanya soal nafkah materi, tapi juga perhatian, kasih sayang, dan waktu. Suami yang bekerja keras tapi lupa memberi waktu dan kata lembut, membuat istrinya merasa sendiri. Nafkahi lahir batin, karena cinta sejati tumbuh dari keseimbangan keduanya.

Refleksi

Suami yang bijak tahu bahwa istrinya bukan beban, tapi amanah. Bukan untuk diperintah, tapi untuk dirangkul. Bila istri bahagia, maka doa dan tenaganya menjadi sumber ketenangan bagi suami. Rumah pun menjadi tempat berlabuh, bukan sekadar tempat tinggal.

“Pemimpin sejati bukan yang ditakuti, tapi yang membuat orang yang dipimpinnya merasa aman.”

11/01/25

3 Nasihat Istri untuk Suami: Puaskan Pandangan, Kehormatan, dan Perutnya

Pernikahan bukan hanya tentang berbagi tempat tidur, tapi berbagi hati dan tanggung jawab di hadapan Allah. Seorang istri memiliki peran yang lembut namun kuat, menjaga suaminya bukan dengan kata-kata, tapi dengan ketulusan dan perhatian. Ada tiga hal penting yang menjadi nasihat mendalam bagi istri kepada suaminya:

3 Hal yang Harus Dipahami Istri untuk Menjaga Cinta Suami

1. Puaskan Penglihatannya

Jadilah keindahan yang menentramkan mata suami. Ini bukan sekadar soal fisik, tapi tentang menghadirkan kenyamanan: senyum yang tulus, pakaian yang rapi, dan sikap yang menghormati. Saat seorang istri menjaga diri dan berhias untuk suaminya, ia telah menjaga pandangan suaminya dari hal-hal yang dilarang.

“Dan hendaklah para istri menjaga pandangan dan kehormatannya.”
(QS. An-Nur: 31)

2. Puaskan Kemaluannya

Hubungan suami istri bukan hal yang ah, tapi ibadah yang agung. Ketika istri memenuhi kebutuhan batin suaminya dengan kasih, ia membantu suaminya menjaga diri dari dosa. Jangan anggap hal ini beban, karena di dalamnya ada cinta dan pahala besar di sisi Allah.

“Jika seorang istri menunaikan shalat lima waktu, berpuasa Ramadan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.”
(HR. Ahmad)

3. Kenyangkan Perutnya

Bukan hanya memberi makan, tapi memberi kenyamanan dan ketenangan hati. Hidangan sederhana yang disajikan dengan cinta lebih berharga daripada makanan mewah tanpa perhatian. Saat suami merasa cukup, dihormati, dan dilayani dengan ikhlas, rumah menjadi tempat paling damai di dunia.

Refleksi

Tiga hal ini bukan bentuk tunduk buta, tapi wujud ibadah dan kasih sayang yang berakar dari keimanan. Ketika suami dan istri saling memahami, saling menghormati, dan saling menenangkan, maka rumah tangga itu menjadi taman kecil menuju surga.

“Rumah tangga bukan tentang siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling banyak mengingat Allah.”

7/08/25

Laki-laki, Nafkah, dan Jalan Pulang

Ada hal sunyi yang tak banyak dibicarakan,
tentang anak laki-laki yang setelah menikah,
pelan-pelan kehilangan arah untuk pulang — bukan ke rumah, tapi ke hati orang tuanya.

Dulu, saat belum punya apa-apa, ia berkata: “Kalau sudah mapan, aku ingin bahagiakan ibu bapak…” Tapi setelah mapan, setelah rumah tangga dibangun, setelah gaji tetap dan anak-anak lahir satu per satu — janji itu terkubur dalam tumpukan tagihan dan ego.<

Bukan tidak mampu, tapi seolah lupa bahwa ada wajah tua di kampung halaman yang tak butuh banyak, hanya ingin merasa tak dilupakan.

Satu persen dari penghasilan saja, kadang terasa berat. Bukan karena tidak cukup, tapi karena tidak dianggap penting.

Dan di sinilah letak ujian seorang istri.

Banyak perempuan mendambakan suami yang bertanggung jawab, tapi lupa bahwa salah satu bentuk tanggung jawab suami adalah tetap menunaikan baktinya kepada ibu dan ayahnya.

Istri yang baik bukan yang merasa cemburu pada mertua, bukan yang membatasi suami dalam memberi kepada orang tuanya, tapi yang justru mendorong, mengingatkan, dan merangkul: “Mas, jangan lupa ibu dan bapak... mereka butuh doa dan uluran tangan kita.”

Karena rumah tangga yang besar bukan hanya tentang luasnya bangunan, tapi tentang kelapangan hati untuk tetap menghormati orang tua, tanpa harus merasa kehilangan peran sebagai pasangan.

Ingat, orang tua tidak butuh dipenuhi hartanya, mereka hanya ingin tahu bahwa anak yang dulu mereka besarkan, tidak hilang arah setelah berumah tangga.

Mereka tidak minta dibalas, hanya ingin dikenang. Mereka tidak menuntut dihormati, hanya ingin dihargai. Karena mereka tahu, suatu hari nanti, kita semua akan menua dan menunggu —apakah anak-anak kita akan memperlakukan kita seperti kita memperlakukan mereka? Dan karma, selalu punya cara untuk berputar.

6/05/25

Liburan ke Floating Market Bandung

Malam Rabu, istri mulai menyiapkan segala kebutuhan kami: pakaian, alat mandi, hingga obat-obatan. Ia tampak sangat senang, karena tahun ini ada acara liburan dari kantornya. Saya hanya membantu sesekali, lebih banyak mengamati sambil menikmati suasana. Anak pertama kami begitu antusias, seperti biasa—karena setiap tahun memang selalu ada acara "family gathering". Namun, tahun ini sedikit berbeda. Kata istri, tujuan liburannya ke Bandung, tepatnya ke Floating Market. Selebihnya, saya tidak tahu. Ya, kami ikut saja—mumpung dapat liburan gratis!

Kami bangun pukul 04.00. Anak-anak sudah tak sabar, apalagi mereka sudah menunggu momen ini selama setahun. Adik Shanum justru bangun paling duluan. Ini adalah kali ketiganya ikut liburan keluarga, jadi dia sangat bersemangat. Semua persiapan selesai pukul 05.00, dan kami segera memesan kendaraan daring untuk menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Rencananya, kami akan berangkat dengan bus pukul 06.30. Namun seperti biasa, beberapa anggota rombongan datang terlambat, sehingga keberangkatan agak mundur.

Perjalanan menuju Bandung memakan waktu sekitar lima jam karena libur panjang membuat lalu lintas sangat padat. Bahkan kami sempat keluar tol untuk menghindari kemacetan yang luar biasa. Akhirnya, kami tiba di Floating Market. Anak-anak terlihat senang bukan main. Karena perut mulai keroncongan, kami mencari tempat makan terlebih dahulu. Setelah makan siang, barulah kami berkeliling area Floating Market. Kakak bermain di taman kelinci, sementara adik memilih wahana permainan anak-anak. Melihat mereka tertawa dan bermain lepas, rasanya lelah terbayar lunas.

Menjelang sore, kami mulai bersiap menuju cottage Daarut Jannah untuk beristirahat. Hari yang panjang ditutup dengan suasana tenang di penginapan, membantu kami melepas lelah.

Hari ketiga, kami bersiap kembali ke Serang setelah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan, termasuk kunjungan dan aktivitas di Daarut Tauhiid. Pukul 08.00 pagi, kami berangkat pulang. Di perjalanan, kami menikmati waktu bersama dengan bersantai dan mengenang keseruan beberapa hari terakhir. Meski lelah, hati kami senang—karena momen kebersamaan seperti ini selalu terasa istimewa.


6/02/25

Harapan 10 Tahun ke Depan 

(Usia 40 menuju 50)

Aku tidak tahu persis akan seperti apa hidup sepuluh tahun ke depan. Tapi aku tahu bagaimana aku ingin menjalaninya:

  1. Aku ingin tetap sehat, bukan sekadar hidup, tapi hidup yang bertenaga dan sadar. 
  2. Aku ingin lebih sederhana dalam keinginan, tapi lebih dalam dalam makna. 
  3. Aku ingin bisa tersenyum tulus saat menengok ke belakang, bukan karena semuanya berjalan sempurna, tapi karena aku hidup dengan niat baik. 
  4. Aku ingin memaafkan lebih cepat, mencintai lebih pelan, dan bersyukur lebih dalam. Aku ingin tidak terlalu sibuk mengejar hidup, sampai lupa untuk benar-benar menjalaninya. 

Jika Tuhan memberi usia sampai 50, aku ingin sampai ke sana sebagai pribadi yang lebih tenang, lebih ringan, lebih bijak, dan tetap punya semangat untuk belajar.

Doa Pribadi 

Ya Allah,

Di usia yang telah Kau percayakan ini, bimbing aku agar tidak hanya menjadi tua, tetapi juga menjadi dewasa.

Lembutkan hatiku agar tak cepat marah. Kuatkan tubuhku agar bisa tetap menolong. Lapangkan pikiranku agar bisa menerima perbedaan. Dan terangilah langkahku agar tidak sesat dalam kesibukan yang sia-sia.

Ajarkan aku mencintai tanpa menggenggam. Memberi tanpa berharap balasan. Dan menjalani hidup dengan ringan, namun tidak lalai.

Jadikan sisa usiaku berkah, walau mungkin tidak panjang. Dan jika tiba waktuku pulang, biarlah aku pulang dalam keadaan damai— karena telah hidup sepenuh hati.

Aamiin.

6/01/25

Surat untuk Diriku di Usia 40

Untuk diriku yang hari ini genap 40 tahun, Selamat ulang tahun. Aku tahu, perjalanan ke sini tidak selalu mudah. Banyak hal yang harus dilewati—beberapa membekas sebagai luka, beberapa mengukir senyum hangat dalam kenangan. Tapi hari ini, aku ingin berhenti sejenak. Bukan untuk menyesali yang belum tercapai, tapi untuk mengapresiasi sejauh mana aku telah berjalan.

Empat puluh tahun. Angka yang dulu terdengar seperti "nanti", kini telah menjadi "hari ini". Aku tidak lagi mengejar banyak hal karena takut tertinggal, tapi mulai memilih hal-hal yang benar-benar berarti. Di titik ini, aku belajar bahwa kebahagiaan bukan soal seberapa tinggi aku mendaki, tapi seberapa dalam aku memahami diriku sendiri.

Aku ingin jujur padamu: kadang aku merasa terlambat. Ada mimpi yang belum tergapai, ada bagian dari diriku yang belum sepenuhnya hidup. Tapi hari ini aku mengingatkan diriku: belum terlambat untuk mulai, belum terlambat untuk berubah, belum terlambat untuk hidup dengan utuh. Empat puluh bukan akhir, ini awal dari kehidupan yang lebih sadar.

Terima kasih, tubuhku, yang tetap berdiri tegak meski telah menanggung banyak beban.
Terima kasih, hatiku, yang tetap lembut meski sering terluka.
Terima kasih, pikiranku, yang terus tumbuh dan belajar, bahkan saat dunia terasa bising.
Aku janji, mulai hari ini, aku akan lebih menghargai waktu. Bukan karena takut kehabisan, tapi karena aku akhirnya sadar bahwa waktu adalah anugerah, bukan tekanan. Aku akan lebih mencintai, lebih hadir, lebih tenang.

Dan kalau suatu hari nanti aku lupa semua ini, semoga surat ini bisa jadi pengingat untukku.

Selamat ulang tahun, diriku. Mari jalani usia 40 dengan berani, lembut, dan penuh makna.

Dengan cinta dan hormat
– Yogi Purnama

11/03/24

Belajar dan Bermain Seru di Tempat Mancing Anak Selain menyenangkan

Hai, Nak! Bosan di rumah? Yuk, kita pergi ke tempat yang seru banget! Ada tempat bermain khusus buat para pemancing cilik seperti kamu. Bayangkan, kamu bisa menangkap ikan-ikan lucu dengan pancing kecilmu sendiri!

Di sana, ada banyak kolam dengan ikan-ikan warna-warni. Kamu bisa memilih kolam mana yang ingin kamu coba. Ada kolam yang berisi ikan mas kecil-kecil, ada juga kolam yang berisi ikan koi yang besar dan cantik. Seru banget, kan?

Selain memancing, kamu juga bisa belajar tentang berbagai jenis ikan. Ada ikan yang bentuknya unik, ada juga ikan yang warnanya sangat mencolok. Dijamin, kamu nggak akan bosan!

Selain menyenangkan, bermain memancing juga punya banyak manfaat untuk anak-anak, lho! Dengan memancing, anak bisa:

  • Belajar sabar: Menunggu ikan memakan umpan membutuhkan kesabaran.
  • Meningkatkan konsentrasi: Anak harus fokus agar tidak melewatkan momen saat ikan memakan umpan.
  • Menjaga keseimbangan: Saat memancing, anak akan belajar menjaga keseimbangan tubuh.
  • Mencintai alam: Memancing mengajarkan anak untuk menghargai alam dan makhluk hidup di dalamnya.

Nah, sekarang sudah tahu kan, banyak sekali manfaat yang bisa didapat dari memancing? Jadi, tunggu apa lagi? Ajak orang tua atau kakakmu untuk pergi ke tempat mancing anak terdekat ya!

10/19/24

Nangis Bareng Motor Mogok

Hari ini, cuaca cerah tapi tiba-tiba motor saya mogok di tengah jalan. Saya panik, apalagi anak saya yang masih kecil mulai menangis saya berusaha tenang sambil berusaha mendorong motor. "Ayo, Nak, kita bisa!" saya berusaha menenangkan dia, meski tenaga saya juga terbatas.

Tiba-tiba, seorang pak Gojek melintas dan melihat kami. Dia segera berhenti dan menawarkan bantuan. "Biar saya bantu dorong, Pak," katanya sambil tersenyum. Bersama-sama, kami mendorong motor menuju bengkel terdekat.

Sesampainya di bengkel, mekanik memeriksa motor saya. Setelah beberapa menit, dia menggelengkan kepala. "Oli mesin habis, Pak. Tidak ganti oli bisa bikin motor mogok." Saya merasa bersalah karena lupa mengganti oli, dan langsung meminta mekanik untuk mengisinya.

Anak saya berhenti menangis dan mulai bermain-main di sekitar bengkel sambil tersenyum. Saya berterima kasih kepada pak Gojek yang sudah membantu, dan berjanji untuk lebih perhatian pada motor ke depannya. Akhirnya, motor siap digunakan kembali dan kami pun melanjutkan perjalanan dengan hati lega.