Ketika Agama Dijadikan Alat Duniawi: Antara Keikhlasan dan Kepentingan

Agama sejatinya diturunkan sebagai cahaya, penuntun langkah manusia menuju kebenaran. Namun cahaya itu bisa menjadi kabur ketika jatuh di tangan orang yang tidak memahami maknanya secara utuh. Di sinilah bahaya muncul — saat ketidakpahaman agama masuk ke ruang orang-orang yang menjadikannya alat demi kepentingan duniawi.

Mereka bukan lagi mencari kebenaran, tapi mencari pembenaran. Ayat-ayat suci tidak lagi dijadikan petunjuk, melainkan tameng untuk melindungi kepentingan diri. Nilai-nilai suci yang seharusnya membawa ketenangan justru diperdagangkan demi pengaruh, harta, dan kedudukan.

Ketika agama hanya dijadikan simbol, maka isinya kosong dari keikhlasan. Ketika dakwah dijadikan panggung, maka niatnya bergeser dari mengingatkan menuju mencari perhatian. Dan ketika manusia merasa paling benar dengan dalil yang ia pilih sendiri, di situlah kesombongan berselimut kesalehan lahir tanpa disadari.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

“Akan datang suatu masa, orang-orang membaca Al-Qur’an namun tidak melewati tenggorokannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah masa ketika bacaan dan ayat hanya berhenti di bibir, tidak menembus hati. Ilmu agama tanpa pemahaman dan keikhlasan hanya akan melahirkan kesesatan yang tampak seperti kebaikan. Maka, yang paling perlu dijaga bukan hanya seberapa banyak kita tahu, tapi seberapa dalam kita memahami dan mengamalkan dengan hati yang bersih. Sebab agama bukan alat untuk naik derajat di mata manusia, melainkan jalan untuk tunduk di hadapan Allah.

Komentar

Postingan Populer