Postingan

Ingin Punya Uang, Tapi Tak Mau Bergerak

Kadang kita ingin banyak hal: ingin punya uang, ingin hidup tenang, ingin rezeki lancar. Tapi sayangnya, kaki enggan melangkah, tangan tak mau bergerak, dan pikiran tak mau berpikir. Lalu kita bertanya, “Kenapa rezeki terasa seret?” Padahal jawabannya sederhana: karena kita berhenti di tempat. Allah tidak menurunkan rezeki kepada yang malas. Bahkan burung yang setiap pagi keluar dari sarangnya pun disebut dalam hadits: “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia berangkat pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” — (HR. Tirmidzi) Lihatlah, burung saja tak diam. Ia terbang, mencari, dan kembali dengan keyakinan. Maka bagaimana dengan manusia yang diberi akal, tenaga, dan kesempatan, tapi hanya duduk menunggu keajaiban? Berdoa tanpa usaha itu seperti menanam tanpa menyiram. Doa memang mengundang rahmat, tapi kerja keras membuka pintu rezeki. Allah tid...

3 Nasihat Istri untuk Suami: Puaskan Pandangan, Kehormatan, dan Perutnya

Pernikahan bukan hanya tentang berbagi tempat tidur, tapi berbagi hati dan tanggung jawab di hadapan Allah. Seorang istri memiliki peran yang lembut namun kuat, menjaga suaminya bukan dengan kata-kata, tapi dengan ketulusan dan perhatian. Ada tiga hal penting yang menjadi nasihat mendalam bagi istri kepada suaminya: 3 Hal yang Harus Dipahami Istri untuk Menjaga Cinta Suami 1. Puaskan Penglihatannya Jadilah keindahan yang menentramkan mata suami. Ini bukan sekadar soal fisik, tapi tentang menghadirkan kenyamanan: senyum yang tulus, pakaian yang rapi, dan sikap yang menghormati. Saat seorang istri menjaga diri dan berhias untuk suaminya, ia telah menjaga pandangan suaminya dari hal-hal yang dilarang. “Dan hendaklah para istri menjaga pandangan dan kehormatannya.” (QS. An-Nur: 31) 2. Puaskan Kemaluannya Hubungan suami istri bukan hal yang ah, tapi ibadah yang agung. Ketika istri memenuhi kebutuhan batin suaminya dengan kasih, ia membantu suaminya menjaga diri dari dosa. Jang...

Tiga Gerakan Melatih Otot Paha

Tiga gerakan sederhana untuk melatih paha depan (quadriceps), paha belakang (hamstring), dan pantat (glutes) menggunakan resistance band (karet elastis). Squat dengan Resistance Band (Paha Depan + Pantat) Alat: Karet dilingkarkan di atas lutut. Cara: Berdiri dengan kaki selebar bahu, karet tetap menekan keluar. Turunkan badan seperti posisi duduk (jangan lewatkan lutut ke depan). Dorong kembali ke posisi berdiri sambil mengencangkan pantat. Repetisi: 12–15 kali × 3 set. Glute Bridge dengan Resistance Band (Pantat + Paha Belakang) Alat: Karet dilingkarkan di atas lutut. Cara: Tidur telentang, lutut ditekuk, kaki menapak lantai. Angkat pinggul ke atas sambil menekan karet keluar agar lutut tidak jatuh ke dalam. Tahan 1–2 detik di atas, lalu turunkan perlahan. Repetisi: 12–15 kali × 3 set. Standing Kickback dengan Resistance Band (Pantat + Hamstring) Alat: Karet di pergelangan kaki. Cara: Berdiri tegak, pegang kursi/dinding untuk keseimbangan. Sat...

Laki-laki, Nafkah, dan Jalan Pulang

Ada hal sunyi yang tak banyak dibicarakan, tentang anak laki-laki yang setelah menikah, pelan-pelan kehilangan arah untuk pulang — bukan ke rumah, tapi ke hati orang tuanya. Dulu, saat belum punya apa-apa, ia berkata: “Kalau sudah mapan, aku ingin bahagiakan ibu bapak…” Tapi setelah mapan, setelah rumah tangga dibangun, setelah gaji tetap dan anak-anak lahir satu per satu — janji itu terkubur dalam tumpukan tagihan dan ego. Bukan tidak mampu, tapi seolah lupa bahwa ada wajah tua di kampung halaman yang tak butuh banyak, hanya ingin merasa tak dilupakan. Satu persen dari penghasilan saja, kadang terasa berat. Bukan karena tidak cukup, tapi karena tidak dianggap penting. Dan di sinilah letak ujian seorang istri. Banyak perempuan mendambakan suami yang bertanggung jawab, tapi lupa bahwa salah satu bentuk tanggung jawab suami adalah tetap menunaikan baktinya kepada ibu dan ayahnya. Istri yang baik bukan yang merasa cemburu pada mertua, bukan yang membatasi suami dalam memberi kepada orang ...

Refleksi Idul Adha: Meneladani Nabi Ibrahim, Kekasih Allah

Setiap tahunnya, umat Islam merayakan Idul Adha sebagai momen besar penuh makna. Di balik penyembelihan hewan qurban, tersimpan pelajaran spiritual yang mendalam dari seorang hamba pilihan: Nabi Ibrahim AS, sang Khalilullah (Kekasih Allah). Kisah beliau bukan sekadar sejarah, melainkan cermin untuk menilai kembali hubungan kita dengan Allah, dengan diri sendiri, dan dengan dunia. Ketaatan Tanpa Tawar Nabi Ibrahim menerima perintah yang amat berat: menyembelih putranya sendiri, Ismail. Namun yang mengejutkan adalah tidak ada perlawanan dalam diri Ibrahim. Tidak ada pertanyaan, tidak ada penundaan. Ia tunduk sepenuhnya pada perintah Allah. "Tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.'" – (QS. As-Saffat: 102). Di sinilah letak keagungan Ibrahim: ketaatan mutlak tanpa syarat. Betapa kita sering kali men...

Liburan ke Floating Market Bandung

Gambar
Malam Rabu, istri mulai menyiapkan segala kebutuhan kami: pakaian, alat mandi, hingga obat-obatan. Ia tampak sangat senang, karena tahun ini ada acara liburan dari kantornya. Saya hanya membantu sesekali, lebih banyak mengamati sambil menikmati suasana. Anak pertama kami begitu antusias, seperti biasa—karena setiap tahun memang selalu ada acara "family gathering". Namun, tahun ini sedikit berbeda. Kata istri, tujuan liburannya ke Bandung, tepatnya ke Floating Market. Selebihnya, saya tidak tahu. Ya, kami ikut saja—mumpung dapat liburan gratis! Kami bangun pukul 04.00. Anak-anak sudah tak sabar, apalagi mereka sudah menunggu momen ini selama setahun. Adik Shanum justru bangun paling duluan. Ini adalah kali ketiganya ikut liburan keluarga, jadi dia sangat bersemangat. Semua persiapan selesai pukul 05.00, dan kami segera memesan kendaraan daring untuk menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Rencananya, kami akan berangkat dengan bus pukul 06.30. Namun seperti biasa, beber...

Harapan 10 Tahun ke Depan 

(Usia 40 menuju 50) Aku tidak tahu persis akan seperti apa hidup sepuluh tahun ke depan. Tapi aku tahu bagaimana aku ingin menjalaninya: Aku ingin tetap sehat, bukan sekadar hidup, tapi hidup yang bertenaga dan sadar.  Aku ingin lebih sederhana dalam keinginan, tapi lebih dalam dalam makna.  Aku ingin bisa tersenyum tulus saat menengok ke belakang, bukan karena semuanya berjalan sempurna, tapi karena aku hidup dengan niat baik.  Aku ingin memaafkan lebih cepat, mencintai lebih pelan, dan bersyukur lebih dalam. Aku ingin tidak terlalu sibuk mengejar hidup, sampai lupa untuk benar-benar menjalaninya.  Jika Tuhan memberi usia sampai 50, aku ingin sampai ke sana sebagai pribadi yang lebih tenang, lebih ringan, lebih bijak, dan tetap punya semangat untuk belajar. Doa Pribadi  Ya Allah, Di usia yang telah Kau percayakan ini, bimbing aku agar tidak hanya menjadi tua, tetapi juga menjadi dewasa. Lembutkan hatiku agar tak cepat marah. Kuatkan tubuhku agar bisa tetap meno...

Surat untuk Diriku di Usia 40

Untuk diriku yang hari ini genap 40 tahun, Selamat ulang tahun. Aku tahu, perjalanan ke sini tidak selalu mudah. Banyak hal yang harus dilewati—beberapa membekas sebagai luka, beberapa mengukir senyum hangat dalam kenangan. Tapi hari ini, aku ingin berhenti sejenak. Bukan untuk menyesali yang belum tercapai, tapi untuk mengapresiasi sejauh mana aku telah berjalan. Empat puluh tahun. Angka yang dulu terdengar seperti "nanti", kini telah menjadi "hari ini". Aku tidak lagi mengejar banyak hal karena takut tertinggal, tapi mulai memilih hal-hal yang benar-benar berarti. Di titik ini, aku belajar bahwa kebahagiaan bukan soal seberapa tinggi aku mendaki, tapi seberapa dalam aku memahami diriku sendiri. Aku ingin jujur padamu: kadang aku merasa terlambat. Ada mimpi yang belum tergapai, ada bagian dari diriku yang belum sepenuhnya hidup. Tapi hari ini aku mengingatkan diriku: belum terlambat untuk mulai, belum terlambat untuk berubah, belum terlambat untuk hidup dengan ...

Motivasi Berpuasa di Bulan Ramadan

Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran, keikhlasan, serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Saat berpuasa, kita belajar untuk mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan lebih peduli terhadap sesama. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, mendekatkan hati kepada Allah, serta memperbanyak doa dan dzikir. Ingatlah bahwa setiap kesulitan dalam berpuasa akan berbuah pahala besar. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim) Jadikan Ramadan sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistiqomahan dalam menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan dan ketaatan. Tetap semangat dan jadikan Ramadan ini lebih ba...

Marhaban ya Ramadan!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah, kita kembali dipertemukan dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadan yang mulia. Bulan yang di dalamnya Allah limpahkan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Marilah kita sambut Ramadan dengan hati yang bersih, penuh rasa syukur, dan semangat untuk meningkatkan ibadah. Semoga di bulan suci ini, kita diberi kekuatan untuk menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan, memperbanyak amal kebaikan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selamat menunaikan ibadah puasa! Semoga Ramadan kali ini membawa keberkahan, kebahagiaan, dan kedamaian bagi kita semua. Marhaban ya Ramadan! Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Empat Puluh Tahun

Memasuki usia empat puluh, seharusnya bukan lagi saatnya sibuk mencari pekerjaan tetap, melainkan saat untuk tetap bekerja dengan penuh dedikasi dan kebijaksanaan. Di usia ini, pengalaman hidup dan profesional sudah seharusnya menjadi modal utama untuk berkarya, bukan lagi berlari mengejar kepastian yang semu. Empat puluh adalah masa di mana seseorang mulai menuai hasil dari kerja keras di masa muda. Bukan berarti berhenti berjuang, tetapi berjuang dengan cara yang lebih cerdas dan terarah. Fokus bukan lagi pada mencari penghidupan, melainkan pada bagaimana memberikan nilai, berbagi ilmu, dan menciptakan dampak positif bagi sekitar. Tetap bekerja di usia ini bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga menjaga semangat hidup, kesehatan mental, dan rasa produktivitas. Menjadi panutan bagi generasi yang lebih muda, menunjukkan bahwa konsistensi dan integritas adalah kunci keberhasilan yang sesungguhnya. Jadi, memasuki usia empat puluh bukan lagi tentang kecemasan akan masa depan, melainkan ...